Kamis, 30 Mei 2013

Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas (Ratib Al-Attas)



Nama beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Maulah Dawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Sayyidina al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Hussein as Sibith bin Imam Ali bin Abi Thalib dan bin Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah S.A.W.
Read more

0 komentar:

Al-Habib Umar Bin Hud Al-Attas




Habib Umar Bin Hud Al Athos adalah seorang ulama dan konon beliau juga seorang wali quthub usianya lebih dari 100 tahun dilahirkan di penghujung abad ke 19 di Hadramaut, Yaman Selatan. Sejak usia muda beliau telah datang ke Indonesia. Mula-mula tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat. Beliau berdakwah sambil berjualan kain di Pasar Tanah Abang. Kemudian membuka pengajian dan majelis maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Sekitar tahun 1950-an, Beliau ke Mekkah dan bermukim selama beberapa tahun dan selama di mekkah beliu menggunakan kesempatan tersebut untuk belajar kepada ulama-ulama setempat. Tapi, sayangnya, saat hendak kembali ke Indonesia, ia tertahan di Singapura.
Read more

0 komentar:

Habib Ali Khali' Qasam Wali yang Dermawan





Dia adalah sesepuh para aulia di Hadramaut. Konon, ia sering bersalam dengan Rasulullah SAW. Dialah pula yang pertama kali dimakamkan di pemakaman Zanbal, Tarim, yang terkenal itu.
Kota Tarim, di Hardamaut, Yaman, dikenal sebagai kota kelahiran para ulama besar yang kemudian menjadi waliullah. Salah seorang di antaranya, Sayid Al-Imam Ali ibnu Alwi, yang juga mendapat gelar Imam Ali Khali’ Qasam. Boleh dibilang, dia adalah sesepuh para ulama besar Hadramaut. Nama lengkapnya Habib Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad A-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shadiq.
Sejak kecil ia rajin beribadah dan dikenal cerdas serta berakhlak mulia. Ketika menginjak dewasa, ia sudah menjadi guru besar karena keluasan ilmu agamanya. Ia lahir dan dibesarkan di Baitu Jubair, Hadramaut, suatu daerah yang penuh berkah dan kebaikan. Di sana pula ia mengaji kepada ayahandanya, terutama Al-Quran dan hadis. Bahkan kemudian sudah mampu pula menghafal Al-Quran. Selain itu, ia juga belajar dari para ulama besar yang lain di berbagai pelosok Tarim. Akhirnya, pada 521 H/1101 M ia memutuskan bermukim di kota tersebut.
Dia terkenal dengan julukan Khali’ Qasam, setelah membeli sebidang tanah seharga 20.000 dinar. Di tanah yang kemudian ia namakan Qasam itu – sesuai nama tanah keluarganya di Bashrah – ia bertanam kurma. Setelah membangun sebuah rumah di sana, belakangan beberapa orang mengikuti jejaknya, sehingga kawasan itu menjadi sebuah permukiman kecil. Lama-kelamaan kawasan itu tumbuh menjadi sebuah kota kecil bernama Qasam, yang tersohor.
Ia juga dikenal sebagai orang pertama dari keluarga Ba’alwi yang tinggal di Tarim. Setelah ia menetap di sana, banyak orang berdatangan dan kemudian bermukim pula di sana. Di Tarim itu juga ia menyemarakkan berbagai majelis pengajian untuk dakwah, dan di sana pula ia mengajar hadis. Sejak itu ia termasyhur sebagai ulama yang sangat alim dengan berbagai karamah. Ketika itu, sangat jarang ada ulama yang mempunyai maqam setinggi itu. Ketinggian maqamnya, antara lain, ditulis oleh Al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad dalam syairnya:
Rasulullah membalas salamnya,
“(Salam bagimu) ya Syekh.”
Sebagai jawaban atas salamnya (kepada Rasulullah),
kagumlah orang-orang mulia.
Syair itu menggambarkan karamahnya yang tinggi.
Konon, salah satu karamahnya yang luar biasa ialah, ia selalu berdialog dengan Rasulullah dalam salat. Setiap kali ia menunaikan salat dan sampai pada tahiat, ia selalu membaca salam kepada Rasulullah berkali-kali, “As-salamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh,” sampai ia mendengar jawaban Rasulullah SAW, “As-salamu ‘alaika ya Syekh (salam sejahtera bagimu, wahai Syekh).” Konon pula, ia juga sering “berhadapan” dengan Rasulullah SAW, lalu bertanya mengenai segala macam kesulitan, sehingga Rasul menjelaskannya.
Menangislah Kalian!
Karamah-karamah itu juga ditulis oleh para ulama seperti Al-Jundi, Asy-Syaraji, Ibnu Hisan, dan lain-lain. Al-Allamah asy-Syekh al-Khatib juga menuliskannya dalam kitab Al-Jauhar asy-Syafa’at. Menurut Syekh Abdul Wahab asy-Sya’rawi, “Tidak akan sampai seseorang kepada maqam yang mampu berinteraksi langsung dengan Rasulullah SAW dan mendengar jawaban salamnya, kecuali ia telah melampaui 247.999 maqam para aulia.” Dan Imam Ali Khali’ Qasam dianggap telah melampauinya.
Suatu hari, Syekh Abu Al-Abbas al-Mursi bertanya kepada para sahabatnya, “Adakah di antara kalian yang, ketika menyampaikan salam kepada Rasulullah SAW dalam salat, langsung mendengar jawaban salam dari Rasul?” Jawab para sahabatnya, “Tidak ada.” Lalu kata Syekh Abu Al-Abbas, “Menangislah kalian, karena kalbu kalian tertutup.” Syekh rupanya bermaksud menegaskan karamah Imam Ali Khali’ Qasam – yang tidak hanya mendapat jawaban salam dari Rasul SAW dalam salatnya, tapi juga dalam semua kesempatan ketika ia menyampaikan salam kepada Rasul SAW.
Meski maqamnya cukup tinggi, ia tetap tawaduk, rendah hati, dengan perilaku yang halus dan pakaian yang sangat sederhana. Ia tidak pernah terlihat lebih menonjol dari orang lain. Jika duduk bersama orang-orang saleh maupun orang awam, ia tidak pernah memperlihatkan diri sebagai ulama terkemuka, kecuali ketika sedang mengajar atau berdakwah. Ia juga sangat dermawan, banyak memberi santunan, khususnya bagi mereka yang datang dari jauh.
Dialah yang membangun Masjid Bani Ahmad di Tarim, yang kemudian diberi nama Masjid Ba’alwi, sejak 900 tahun silam. Pembangunan masjid itu dilanjutkan oleh putranya, Imam Muhammad Shahib Mirbath (wafat 556 H/1136 M).
Imam Ali Khali’ Qasam, ulama besar dan sesepuh para aulia Hadramaut, wafat berkisar antara 523 hingga 529 H/1103 sampai 1109 M. Akan tetapi, dalam kitab Nafa’is al-‘Uqud fi Syajarah ‘alal Ba’abud, Habib Muhammad bin Husin Ba’abud menulis, Imam Ali Khali’ Qasam meninggal pada tahun 527 H/1107 M. Sedangkan menurut Al-Ustaz Alwi bin Muhammad Bilfagih dalam kitab Syajarah as-Sa’adah ‘alal Bani Alawy, Imam Ali Khali’ Qasam wafat pada 529 H/1109 M. Sementara dalam riwayat lain disebutkan, ia wafat pada 529 H/1109 M. Jasadnya disemayamkan di makam Zanbal, Tarim, sebagai ulama pertama keluarga Ba’alwi dan cucu Imam Ahmad Al-Muhajir, yang dimakamkan di pemakaman Zanbal yang terkenal itu.

0 komentar:

Biografi Al-Imam Abdullah Al-Hadad (Shohibur Ratib)




Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad, lahir hari Rabu, Malam Kamis tanggal 5 Bulan Syafar 1044 H di Desa Sabir di Kota Tarim, wilayah Hadhromaut, Negeri Yaman.
Nasab
Beliau adalah seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.
Read more

0 komentar:

Habib Abu Bakar as-Seggaf





Beliau adalah Al-Imam al-Quthbul Fard al-Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Al-Habib Umar bin Segaf as-Segaf (seorang imam di lembah Al-Ahqof). Garis keturunan beliau yang suci ini terus bersambung kepada ulama dari sesamanya hingga bermuara kepada pemuka orang-orang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, seorang kekasih nan mulia Nabi Muhammad S.A.W. Beliau terlahir di kampung Besuki (salah satu wilayah di kawasan Jawa Timur) tahun 1285 H. Ayahanda beliau ra. wafat di kota Gresik, sementara beliau masih berumur kanak-kanak.

Sungguh al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan yang sempurna. Cahaya kebaikan dan kewalian telah tampak dan terpancar dari kerut-kerut wajahnya, sampai-sampai beliau R.a di usianya ke-3 tahun mampu mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada dirinya. Semua itu tak lain karena power (kekuatan) dan kejernihan rohani beliau, serta kesiapannya untuk menerima curahan anugerah dan Fath (pembuka tabir hati) darinya
Read more

0 komentar: